Rabu, 10 Maret 2010

REKAYASA BIOLOGI; Menggembirakan, Mencemaskan


Sebenarnya rekayasa biologi ini sudah ada sejak zaman dahulu dan sudah berlangsung pada masa Nabi Muhammad SAW. Tidak hanya pada hewan saja. Namun pada semua makhluk hiduppun bisa. Ini sebuah cerita sekilas mengenai rekaya biologi yang terjadi pada zaman Nabi Muhammad SAW. Pada masa itu masyarakat Arab sudah biasa membantu penyerbukan kurma, sehingga hasil panennyapun lebih banyak daripada hasil penyerbukan alami. Kemudian Rasulullah berpendapat bahwa lebih baik penyerbukan terjadi secara alamiah saja. Tapi para petani mengira bahwa membantu dalam penyerbukan adalah termasuk fatwa larangan Nabi, sehingga mereka tidak pernah melakukannya lagi. Akibatnya hasil panen mereka menurun.
Setelah kejadian itu ada seorang petani yang mengeluhkannya kepada Rasulullah, kemudian beliau mengklarifikasi hal tersebut bahwa pendapatnya pada waktu itu hanyalah pendapat pribadinya saja bukan larangan islam. Lalu Rasulullah bersabda “Antum a’lamuu bi umuuri dunyakum.” (kalian lebih mengerti tentang urusan dunia kalian.)
Dalam istilah biologi, rekayasa seperti ini sering disebut dengan istilah nonseluler atau nyaris tanpa resiko. Rekayasa biologi yang telah dilakukan pada masa itu sama dengan yang dilakukan pada zaman sekarang ini. Hanya saja belum menyentuh bagian terkecil kehidupan, yaitu gen. Belum menjadi rekayasa genetika, yang kini telah marak dilakukan oleh para ilmuwan.
Pada tahun 1944, ilmuwan Eropa, Avery, McLeod, dan MacCharty adalah ilmuwan yang pertama kali berhasil melakukan rekayasa genetika tapi tidak sampai pada transfer selular. Mereka hanya mengotak-atik susunan kimiawi molekul DNA (Deoxyribo Nucleid Acid). Tapi percobaan tersebut adalah awal dimulainya era peradaban, yaitu era dimana makhluk hidup bisa dimodifikasi sesuai keinginan perekayasanya.
Tahun 1971, teknologi rekayasa maju selangkah lagi . Para ahli sudah berhasil memasukkan gen dari luar kedalam sel inang (host). Gen inilah yang kemudian mengubah karakter makhluk hidup yang disisipinya, menjadi makhluk jenis baru. Hasilnya berupa produk transgenic unggul.
Dari sinilah kekhawatiran mulai muncul. Mengutip apa yang dikatakan oleh Prof. Otto Soemarwoto, pakar lingkungan dari Universitas Padjajaran Bandung, tak ada teknologi zero risk atau 100% aman.
Telah banyak bukti yang bicara. Salah satunya adalah disaksikan oleh seorang petani kanola (nama tumbuhan untuk bahan minyak goreng) di Kanada, Percy Schmeiser, tahun 2002. Ia kaget karena tanaman kanola di kebunnya tetap segar meskipun disemprot herbisida. Ia mengira tanaman miliknya telah tercemar kanola transgenic milik tetangganya. Kejadian seperti ini jelas akan mengganggu keseimbangan ekosistem.
Peristiwa serupa juga terjadi di Amerika Serikat. Seperti yang diberitakan New Scientist, pada tahun 2000, benih kapas transgenic ditemukan “menyeberang” ke ladang kedelai transgenic. Di Inggris, seperti dilansir BBC. News. Online, tepung jagung transgenic T-25 GM(genetically modified) yang telah lulus uji labolatorium ternyata telah menewaskan dua ekor ayam yang mengonsumsinya.
Tapi resiko-resiko semacam itu tidak akan menghambat para ilmuwan untuk bereksperimen, bahkan justru akan membuat mereka semakin menggila dengan ide-ide mereka. Jika sebelumnya obyek penelitian mereka hanya sebatas tumbuhan, kali ini mereka mencoba untuk untuk menggunakan hewan. Seperti domba Dolly. Domba ini dilahirkan kira-kira tujuh tahun lalu yang merupakan produk dari rekayasa genetik yang biasa disebut cloning (cloning). Keturunannya pun ada yang diberi nama Bonnie.
Keberhasilan mengkloning hewan menumbuhkan niat untuk coba-coba mengkloning manusia. Dan ini diucapkan pertama kali dan secara resmi oleh dokter controversial, Prof. Saverino Antinori, asal Italia, Maret 2001. Adapun metode yang digunakan adalah mirip dengan apa yang dilakukan pada domba Dolly.
Sel diambil dari calon bapak dan dibuat tidak aktif dengan cara menempatkannya kedalam nutrisi dengan konsentrasi sangat rendah. Juga diambil pula sel telur mandul dari calon ibu yang bagian inti selnya dibuang. Jika inti selnya dibuang, otomatis DNA-nya juga terbuang. Kemudian dilakukanlah pembuahan pada tabung reaksi dalam keadaan khusus, hingga terjadi pembuahan sel, sampai calon embrio terbentuk. Baru kemudian dicangkokkan kedalam rahim ibu. Bila semua berjalan lancar, bayi yang dilahirkan akan sama persis dengan karakteristik sang ayah, dan tentunya lebih kembar daripada anak kembar.
Tapi keberhasilan dari rekayasa genetik ini belum jelas. Hanya saja pada tahun 2002 lalu, sebuah perusahaan yang didirikan oleh sekte keagamaan Raelians, Clonaid, mengaku telah berhasil membuat bayi manusia hasil cloning. Namanya Eve. Tapi mereka tidak mau mempublikasikan seperti apa bayi ini. Manusia benar-benar telah melampaui batas!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar