Jumat, 23 November 2012

LAPORAN HASIL STUDI LAPANGAN TENTANG MAKROALGA Di PANTAI KONDANG MERAK



LAPORAN STUDI LAPANGAN
TAKSONOMI TUMBUHAN RENDAH
“Vegetasi Mikroalga di Pantai Kondang Merak”

Dosen Pembimbing:
1.    Drs. Sulisetjono, M.Si
2.    Ainun Nikmati Laily, M.Si


Oleh:
               Nama : Muhammad Nur Hasan
                       NIM : 11620060
                               Kelompok : VII
                             Kelas : Bio-B





 JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
NOPEMBER 2012


BAB I

PENDAHULUAN


1.1    Latar Belakang
Mengutip salah satu ayat al-Qur’an surat al-An’aam ayat 97 yang berbunyi:
Artinya, “dan Dialah yang menjadikan bintang-bintang bagimu, agar kamu menjadikannya petunjuk dalam kegelapan di darat dan di laut.Sesungguhnya Kami telah menjelaskan tanda-tanda kebesaran (Kami) kepada orang-orang yang mengetahui.
Ayat tersebut menyatakan bahwa Allah telah memperlihatkan tanda-tanda kebesaran dan kekuasaan-Nya lewat ciptaan-Nya.Sehingga kita dapat memuji-Nya dengan meneliti ciptaan-ciptaan-Nya baik di darat maupun di lautan.
Indonesia merupakan negara kepulauan yang dipisahkan oleh laut antara pulau yang satu dengan pulau yang lain. Laut Indonesia terkenal akan keindahan dan kekayaan isinya. Laut Indonesia terlihat indah dengan biotanya yang beraneka ragam.Salah satunya yaitu alga.Alga (jamak Algae) adalah sekelompok organisme autotrof yang tidak memiliki organ dengan perbedaan fungsi yang nyata.Algae adalah tumbuhan tingkat rendah yang tidak berpembuluh dan termasuk dalam kelompok atau dikenal dengan tumbuhan bertalus.Tidak memiliki akar batang dan daun sejati tetapi hanya menyerupai saja.Hidup menempel pada substrat dengan menggunakan holdfast. Berklorofil a untuk fotosintesis dan juga mengandung pigmen lainnya.Algae bereproduksi dengan aseksual dan seksual.Alga ada yang hidup secara soliter dan berkoloni (Hasnunida, 2007).
Algae banyak tersebar diseluruh laut Indonesia dan algae yang ada di Indonesia banyak jenisnya.Sehingga emanfaatan alga untuk menunjang kehidupan manusia telah banyak dilakukan.Beberapa jenis algae bernilai ekonomis.Algae dapat dibidudayakan di laut dan dapat dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan agar-agar, kosmetik, obat-obatan dan masih banyak lagi (Aslan, 1991).
Oleh karena itu, disamping kita mengetahui jenis-jenis makroalga secara tekstual di bangku kuliah, maka dengan dilakukannya studi lapangan ini diharapkan kita juga mengetahui secara kontekstual. Adapun studi lapangan ini dilakukan di pantai Kondang Merak dikarenakan vegetasi makroalga di sana masih bagus. Meskipun tingkat kelimpahannya masih belum tergolong tinggi, tetapi macam-macamnya sudah dapat memenuhi untuk dijadikan bahan studi lapangan mata kuliah Taksonomi Tumbuhan Tingkat Rendah mengenai makroalga.

 1.2    Tujuan
Tujuan dari studi lapangan ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui keanekaragaman makroalga yang berhabitat di zona pasang surut pantai Kondang Merak.
2. Untuk mengetahui ciri-ciri dari jenis-jenis makroalga yang berhabitat di zona pasang surut pantai Kondang Merak.
3. Untuk mengetahui klasifikasi dari jenis-jenis makroalga yang berhabitat di zona pasang surut pantai Kondang Merak.

1.3    Manfaat
Hasil dari studi lapangan ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Menambah informasi dan ilmu pengetahuan tentang botani (algae) laut.
2. Sebagai bahan studi lanjut untuk objek praktikum mata kuliah Taksonomi Tumbuhan Tingkat Rendah mengenai makroalga.
  


BAB II
METODOLOGI PENELITIAN

2.1    Waktu dan Tempat
Studi lapangan ini dilaksanakan pada hari Kamis sampai Jumat tanggal 15-16 Nopember 2012 di Pantai Kondang Merak Kecamatan Donomulyo Kabupaten Bantur (Malang Selatan).

2.2    Alat dan Bahan
a.    Alat
Alat-alat yang dipakai dalam studi lapangan ini adalah:
1.    Alat tulis
2.    Alat dokumentasi (kamera digital dan handycam)
3.    Ice box (termos es) sebanyak 6 buah
4.    Kantong plastik
5.    Toples kaca (disesuaikan jumlah spesies yang ditemukan)

b.    Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam studi lapangan ini adalah:
1.    Es batu
2.    Kertas label
3.    Larutan herbarium:
·      Larutan Fiksatif:
-       Asam asetat glasial                5 ml
-       Formalin                                10 ml
-       Alkohol 80%                         50 ml
·      Larutan tembaga sulfat:
-       Tembaga sulfat (CuSO4)       0,2 gr
-       Akuades                                35 ml



2.3    Cara Kerja
Langkah-langlah kerja pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Dicari algaelaut dengan terjun langsung ke pantai ketika keadaan surut.
2. Diambil gambar algae dengan kamera digital.
3. Dimasukkan alga yang diperoleh ke dalam kantong plastik.
4. Diamati dan dicatat ciri-cirinya.
5. Dimasukkan ice box yang berisi es batu untuk menyimpan algae hasil pengamatan.
6. Setelah sampai di laboratorium, dicuci sampai bersih algae yang ditemukan dengan menggunakan air bersih.
7. Dibedakan berdasarkan spesies masing-masing, diklasifikasi dan dideskripsikan.
8. Dibuat larutan herbarium untuk pegawetan.
9. Direndam ke dalam larutan herbarium dan ditunggu selama 48 jam.
10. Setelah itu dimasukkan setiap jenis algake dalam toples yang telah disediakan (satu toples=satu spesies alga).
11. Tutup rapat-rapat tutup toplesnya.
12. Kemudian diberi nama ilmiah pada toples menggunakan kertas label.
13. Disimpan sebagai hasil studi lapangan dan untuk studi lanjut (bahan praktikum) tentang makroalga.
14. Dibagi setiap kelompok untuk dibahas di dalam laporan hasil studi lapangan.



BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

Setelah dilakukan studi lapangan di Pantai Kondang Merak oleh 16 kelompok, maka dari sekian banyak spesies makroalga yang didapatkan dibagi kepada masing-masing kelompok.Sehingga dalam hal ini, hanya dibahas dari hasil pembagian saat identifikasi di dalam Laboratorium Ekologi Jurusan Biologi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. Adapun spesies yang akan dibahas adalah sebagai berikut:
3.1    Gelidium pulchellum
a.    Gambar


b.    Klasifikasi
Klasifikasi dari Gelidium pulchellum adalah (KKP, 2010):
Kingdom   : Plantae
            Divisi   : Rhodophyta
Kelas   : Rhodophyceae
Ordo   : Gilidiales
Famili   : Gelidiaceace
Genus   : Gelidium
Spesies   : Gelidium pulchellum
c.   Deskripsi
Berdasarkan hasil pengamatan dan identifikasi, spesies ini bermarna merah, thallus berbentuk pipih, jenis percabangan tidak teratur, ada yang dikotom dan trikotom dengan berukuran panjang ± 4-7 cm. Holdfast tumbuh melekat pada substrat batu karang di rataan trumbu yang tergenang air.
Sesuai namanya, semua organisme yang tergolong ke dalam Rhodophyta dominan berwarna merah karena mengandung pigmen fotosintetik yang disebut fikobilin (fikoeritrin dan fikosianin). Rhodophyta merupakan satu-satunya devisi yang anggotanya tidak mempunyai stadium flagel. Habitat Rhodophyta umumnya di perairan laut dan payau. Rhodophyta bereproduksi secara aseksual dan seksual. Reproduksi aseksual dilakukan dengan membentuk spora. Reproduksi seksual di lakukan melalui fertilisasi sel kelamin jantan yang tidak berflagel (spermatium) dengan ovum (Aslan, 1991).
Bentuknya berupa helaian atau berbentuk seperti pohon. Tidak berflagella. Selnya terdiri dari komponen yang berlapis–lapis. Mempunyai pigmen fotosintetik fikobilin, memiliki pirenoid yang terletak didalam koroplas, pirenoid berfungsi untuk menyimpan cadangan makanan. Tubuh bersel banyak menyerupai benang atau lembaran. Dalam reproduksinya tidak mempunyai stadia gamet berbulu cambuk. Alat perekat (holdfast) terdiri dari perakan sel tunggal atau sel banyak. Memiliki pigmen fikobilin yang terdiri dari fikoeritrin (berwarna merah) dan fikosianin (berwarna biru). Memilki persediaan makanan berupa kanji (floridean starch). Cara hidup Gelidium pulchellum umumnya bersifat autotrof, ada juga yang heterotrof, yaitu yang tidak memiliki kromatofora dan biasanya parasit pada ganggang lain.Habitat dari spesies ini adalah mumnya hidup di laut yang dalam dari pada tempat hidup ganggang cokelat, hidup diperairan tawar (Bold, 1978).
Jenis rumput laut tersebut termasuk kedalam golongan algae merah yang mempunyai ciri-ciri, yaitu:Dalam reproduksinya tidak mempunyai stadia gamet berbulu cambuk. Reproduksi seksual  dengan karpogonia dan spermatia. Pertumbuhannya bersifat uniaksial (satu sel di ujung thallus) dan multiaksial (banyak sel di ujung thallus). Alat pelekat (holdfast) terdiri dari perakaran sel tunggal atau sel banyak. Memiliki pigmen fikobilin yang terdiri dari fikoeretrin (berwarna merah) dan fikosianin (berwarna biru). Bersifat adaptasi kromatik, yaitu memiliki penyesuaian antara proporsi pigmen dengan berbagai kualitas pencahayaan dan dapat menimbulkan warna pada thalli seperti: merah tua, merah muda, pirang, coklat, kuning dan hijau. Mempunyai persediaan makanan berupa kanji. Didalam dinding selnya terdapat selulosa, agar, carrageenan, porpiran dan furselaran (Lovelees, 1989).

d.    Manfaat
Beberapa jenis rumput laut di Indonesia yang bernilai ekonomis.Seperti halnya Glacelaria sp., Gelidium sp.juga dapat menghasilkan metabolit primer senyawa hidrokoloid untuk pembuatan agar-agar, sehingga spesies ini disebut agarophyte.Oleh karena itu, spesies algae jenis Gelidium merupakan jenisrumput laut berpotensial yang tersebar di  Indonesia(KKP, 2010).

 3.1    Turbinaria ornate
a.    Gambar


 
b.    Klasifikasi
Klasifikasi dari Turbinaria ornate adalah (Tabin, 2010):
Kingdom   : Plantae
            Divisi   : Phaeophyta
Kelas   : Phaseophyceae
Ordo   : Fucales
Famili   : Sargassaceae
Genus   : Turbinaria
Spesies   : Turbinaria ornata


c.    Deskripsi
Berdasarkan hasil pengamatan dan identifikasi pada Turbinaria ornata adalah dapat diketahui beberapa bagian-bagiannya antara lain: Thallusnya dapat dibedakan antara daun, batang dan holdfast/rhizoid. Holdfast sebagai alat perekat pada substrat yang menyerupai akar pada tumbuhan tingkat tinggi, panjang thallus ± 3,5 cm berbentuk pipih, berwarna coklat terdapat filoid (blades), memiliki percabangan dikotom dan berbentuk kerucut segitiga atau corong dengan tepi bergerigi seperti turbin. Spesies ini biasa hidup berhabitat menempel pada bagian celah batu karang.
Seperti yang dilansiroleh hawaii.edu, tanaman ini tingginya berukuran 2-20 cm. Holdfast beruang satu silinder, bagian tegak dan bagian basal kerucut atau tidak teratur, biasanya dengan beberapa cabang atau dikotomus. Sebagian berwarna coklat kekuningan sampai coklat tua dengan bintik-bintik cokelat tua. Sebagaimana menurut Winarno (1990), Turbinaria masuk ke dalam kelompok alga cokelat (Phaeophyta).
Perbedaan dengan jenis lainnya, jenis ini memiliki daun yang umumnya seperti corong dengan pinggir bergerigi.Karakteristik jenis ini adalah pinggir daunnya membentuk bibir dengan bagian tengah daun melengkung ke dalam (Setiawan, 2001).
Spesies ini seperti yang telah dikemukakan oleh Sulisetjono, 2009 bahwa habitatnya yaitu di air laut. Sebagaimana disebutkan juga oleh (Nybakken, 1992),  Turbinaria ornata sangat umum ditemukan pada pertengahan intertidial untuk setidaknya pada kedalaman 20-30 cm. tumbuh dalam berbagai habitat, biasanya ditemukan dalam sekelompok kecil yang menempel pada celah-celah karang, termasuk batu pasanag surut, dan pada permukaan terumbu karang.
Turbinaria ornata termasuk jenis algae yang umum didapat dan tersebar luas di perairan Indonesia (iptek.net, 2002). Karakteristik morfologi dari alga ini memungkinnya untuk bertahan hidup dalam kondisi lingkungan yang ekstrim. T. ornata berhasil mereproduksi baik dan reproduksi seksual dan fragmentasi (Magruder, 1979).
Sedangkan di dalam salah satu blog (Anonymous, 2012) disebutkan bahwa spesies ini memiliki thallus tegak, tinggi hingga 30 cm, menempel pada batu karang dan tumbuh bercabang dikotomus dengan ujung bercakram. Cabang utama menyilinder, dengan cabang ke segala arah. Daun kasar, agak mempiramid sampai bentuk gangsing, hingga 20 mm panjangnya dan lebarnya 15 mm, bagian ujung membundar atau menyegitiga, bagian tengah agak cekung, biasanya diseliputi oleh sederetan gigi kasar. Cabang penyangga bentuk tandan, terdapat pada sepertiga dari tangkai daun.
Turbinaria ornata ditemukan dan menyebar secara luas di kawasan Asia tenggara termasuk Indonesia, Malaysia, Filipina dan Papua Nugini. Adapun habitatnya, pada umumnya ditemukan di karang dengan pasang surut rendah dan area pasang sampai ke daerah dengan ombak sedang hingga ombak tinggi dan bisa juga ditemukan di zona tenang. Tingkat ombak, salintas, pH dan pergerakan air di sisi lain merupakan faktor utama tempat tumbuhnya rumput laut. Turbinaria ornata juga menstimulasi tumbuhnya dinoflagelata, dan juga merupakan habitat bagi hydroid, polychaeta (Nontji, 1993).


d.    Manfaat
Bermacam-macam jenis Turbinaria telah banyak dipergunakan sebagai makanan manusia, pupuk, pestisida, dan obat anti serangga. Di Malaysia jenis makroalga (rumput laut) ini digunakan dalam salad. Sebagai pupuk atau pendingin tanah, dengan cara dicampurkan dengan ganggang coklat (Sargassum, Hormophysa dan Dictyota) dan dikomposkan 2–3 bulan sebelum digunakan. Untuk mempercepat pengomposan, ditambahkan daun lirik sidia (Glyricida sepium). Apabila makroalga ini dicampur dengan rebusan makroalga lain dan dikukus dapat digunakan untuk mengobati anak-anak yang sakit panas. Di Filipina, jika dicampur dengan ganggang coklat Sargassum dapat digunakan untuk mengusir hama di kebun sayuran. Namun, makroalga (rumput laut) ini walaupun telah dicoba dibudidayakan akan tetapi masih belum tampak sukses (Anonymous, 2012).
Kandungan kimia alga ini adalah alginate dan iodine (iptek.net, 2002) sehingga dalam Jurnal Pascapanen dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan (Fajarningsih, 2008) disebutkan bahwa bioaktifitas ekstrak Turbinaria dapat sebagai antitumor serta efeknya terhadap poliferasi limfosit.

3.1    Laminaria sp.
a.    Gambar
 

b.    Klasifikasi
Klasifikasi dari Laminaria sp. adalah (Hamid, 2009):
Kingdom   : Plantae
            Divisi   : Phaeophyta
Kelas   : Phaeophyceae
Ordo   : Laminariales
Famili   : Laminariaceae
Genus   : Laminaria
Spesies   : Laminaria sp.

c.   Deskripsi
Berdasarkan hasil pengamatan dan identifikasi pada Laminaria sp. diperoleh ciri-ciri morfologi bahwa alga ini memiliki blades, stipe dan thallusnya berbentuk lembaran, lebar thallus + 9 cm, panjang +  22 cm, lebarnya mencapai 9 cm, dan berwarna cokelat. Spesies ini biasanya tumbuh pada substrat dasar daerah pasang surut, kadang pula melekat pada batu atau terumbu karang.
Laminaria sp. ini tergolong dalam devisi Phaeophyta. Laminaria sp. memiliki holdfast yang berfungsi sebagai organ untuk menempel pada batu-batuan atau karang dan juga memiliki lamina seperti lembaran daun. Pada Lamina ini juga terjadi proses fotosintesis dilakukan sebagai sumber makanannya. Namun, lamina dari Laminaria sp. berbeda dengan lamina pada Dictyosasp. Padina sp., pada Laminaria sp. laminanya tidak memiliki cabang-cabang, hanya ada lembaran tunggal yang mana bagian samping-sampingnya memiliki lekukan-lekukan yang disebut dengan stipe. Panjang dari lamina adalah 19 cm sedangkan lebarnya 4 cm, sedangkan pada lamina yang satu berukuran 12x3 cm (Pandey, 1995).
Laminaria sp. memilki pola pertumbuhan yang berbeda-beda, lapisan luar sel yang disebut mesoderm adalah daerah utama pembentuk sel baru.Meristoderm terutama aktif pada perbatasan helai dan tangkai, dimana sel-sel baru ditambahkan helai, tangkai, dan bagian anterior pada tingkat lenih rendah.Permukaan lapisan di seluruh thallus juga menunjukkan aktifitas meristematik (Setiawan, 2001).
Jenis-jenis yang termasuk bangsa laminariales mempunyai sporofit yang dapat dibagi menjadi alat pelekat, tangkai dan belaian atau lembaran. Pertumbuhan terjadi pada bagian yang meristematik yang letakknya interkalar dan biasanya terletak di antara tangkai dan lembaran. Sporofit mempunyai sporangia yang unilokuler dan terkumpul dalam suatu “sorus” pada permukaan lembaran. Beberapa marga tertentu, sporangianya terletak pada suatu lembaran khusus (sporofit). Gametofit dari Laminariales berupa gilamen yang mikroskopik, perkembangbiakan seksual bersifat oogamik. Bangsa ini mempunyai marga 30 marga dengan kurang lebih 100 jenis yang kesemuanya merupakan penghuni lautan di daerah beriklim dingin (Aslan, 1991).
Laminaria sp. ini memiliki anatomi multiseluler yang paling kompleks diantara semua alga, beberapa diantaranya memiliki jaringan dan organ yang berdiferensiasi yang mirip tumbuhan tingkat tinggi (Campbell, 2003).
Menurut Dowes (2000), reproduksi dapat dilakukan secara aseksual yaitu vegetatif, sporik dan gametofit. Reproduksi yang vegetatif umum dilakukan fragmetasi tallus. Reproduksi sporik dengan zoospora atau alpanospora yang masing-masing tidak berdinding. Sedangkan reproduksi secara gametofit dilakukan secara isogami, anisogami dan oogami. 
                                 
d.    Manfaat
          Manfaat Laminaria sp. dalam kehidupan sehari-hari adalah sebagai bahan pewarna murni dan ada yang sebagian dimanfaatkan sebagai pewarna pada cat sehingga tampak lebih cerah. Dalam dunia ekonomi atau masyarakat Laminaria sp. dimanfaatkan sebagai bahan pokok makanan, sedangkan masyarakat Jepang menggunakannya sebagai bahan pokok sup (Stern, 2003).

BAB IV
PENUTUP

4.1    Kesimpulan
Berdasarkan hasil studi lapangan keanekaragaman makroalga di Pantai Kondang Merak, dapat disimpulkan bahwapantai Kondang Merak memiliki vegetasi makroalga yang masih bagus. Sehingga didapatkan beragam spesies makroalga, terutama dari Divisi Chlorophyta, Phaeophyta, dan Rhodophyta. Akan tetapi yang hanya dibahas pada kelompok studi ini antara lain:
1.    Gellidiumpulchellum
Spesies ini bermarna merah, thallus berbentuk pipih, jenis percabangan tidak teratur, ada yang dikotom dan trikotom dengan berukuran panjang ± 4-7 cm. Holdfast tumbuh melekat pada substrat batu karang di rataan trumbu yang tergenang air dan tergolong ke dalam divisi Rhodophyta (alga merah).
2.    Turbinaria ornata
Spesies ini mempunyai bagian-bagiannya antara lain: Thallusnya dapat dibedakan antara daun, batang dan holdfast/rhizoid. Holdfast sebagai alat perekat pada substrat yang menyerupai akar pada tumbuhan tingkat tinggi, panjang thallus ± 3,5 cm berbentuk pipih, berwarna coklat terdapat filoid (blades), memiliki percabangan dikotom dan berbentuk kerucut segitiga atau corong dengan tepi bergerigi seperti turbin. Spesies ini biasa hidup berhabitat menempel pada bagian celah batu karang.Turbinariaornatamasuk ke dalam kelompok alga cokelat (Phaeophyta).
3.    Laminaria sp.
Spesies ini memiliki ciri-ciri morfologi bahwa alga ini memiliki blades, stipe dan thallusnya berbentuk lembaran, lebar thallus + 9 cm, panjang +  22 cm, lebarnya mencapai 9 cm, dan berwarna cokelat. Spesies ini biasanya tumbuh pada substrat dasar daerah pasang surut, kadang pula melekat pada batu atau terumbu karang.Laminaria sp. ini tergolong dalam devisi Phaeophyta (alga cokelat).

4.2    Saran
             Diharapkan laporan hasil studi lapangan ini dapat dijadikan bahan acuan untuk mempelajari spesies-spesies makroalga lebih lanjut. Sehingga kritik yang membangun dari pembaca sangat diperlukan agar bisa mengantarkan output yang lebih baik dari sebelumnya.

DAFTAR PUSTAKA

Aditya.  2010. Laporan Penelitian Alga Kondang Merak http://mushoffaditya.blogspot.com/ Diakses pada tanggal 13 Oktober  2012 pukul 16:30 WIB
Anonymous. 2012. Makroalga. http://agengsimuk.wordpress.com/ Diakses pada tanggal 20 Nopember 2012 pukul 11:12 WIB
Aslan, L. M. 1991. Budidaya Rumput Laut. Yogyakarta: Kanisius
Bold, 1978.Introduction To The Algae, Structure and Reproduction. New Delhi: Prentice Hall Of India.
Campbel.2003. Biologi Jilid 3. Jakarta: Erlangga
Dawes, C. J. 2000. Marine Botany A Wiley Interscience. New York: Publication John Wiley & Sons
Fajarningsih, Nurrahmi Dewi, dkk. 2008. Bioaktivitas Ekstrak Turbinaria decurrens Sebagai Antitumor (Hela dan T47D) Serta Efeknya Terhadap Polifera Limfosit.Jurnal Pascapanen dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan.Vol 3. No 1. hlm 21
Hamid, Huzaifah. 2009. Phaeophyta (Algae Coklat) http://zaifbio.wordpress.com/ Diakses pada tanggal 20 Nopember 2012 pukul 05:45 WIB
Hasnunida, Neni S.Pd., M.Si.2007. Buku Ajar Botani Tumbuhan Rendah. Bandarlampung: UNILA
Iptek.net. 2002.Alga Cokelat. http://iptek.net.id/ Diakses pada tanggal 13 Nopember 2012 pukul 22:55 WIB
KKP. 2010. Mengenal Rumput Laut. http://penyuluhpi.blogspot.com/ Diakses pada tanggal 20 Nopember 2012 pukul 11:03 WIB
Loveless, A.R. 1989.Prinsip-prinsip Biologi Tumbuhan untuk Daerah Tropik 2.Jakarta: PT Gramedia
Magruder, WH dan JW.Hunt.1979. Rumput Laut dari Hawai. Hawai: Oriental Publication
Nontji, A. 1993.Laut Nusantara. Jakarta: Penerbit Djambatan
Nybakken, J. W. 1992. Biologi Laut : Suatu Pendekatan Ekologis. Jakarta: PT Gramedia
Pandey, S.N. 1995. A Textbook of Algae.Jakarta: Vikas Publishing
Setiawan, Ahmad Dwi. 2001. Petunjuk Praktikum Taksonomi Tumbuhan I (Cryptogamae). Semarang: UNS
Stern, Kingsley R, dkk.2003. Intrduction Plant Biology Nineth Edition. New York: The Mc Graw-HillCompanies, Inc
Sulisetjono.2009. Bahan Serahan Alga. Malang: Jurusan Biologi UIN
Tabin, Amin. 2010. Laporan Praktikum Lapangan Tentang Jenis-Jenis Algae yang Ada di Pantai Pasir Putih. http://amintabin.blogspot.com/ Diakses pada tanggal 13 Oktober  2012 pukul 16:31 WIB
Winarno, F.G. 1990. Teknologi Pengelolaan Alga Laut. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan

LAMPIRAN 
(DOKUMENTASI STUDI LAPANGAN DI PANTAI KONDANG MERAK) 

A. Makroalga yang Diperoleh (sampel)

B. Habitat (substrat)
C. Hasil dan Proses Pengumpulan
D. Identifikasi dan Pembuatan Larutan Herbarium di Laboratorium

E. Herbarium Jadi

1 komentar: